PENDEKATAN KEILMUAN


DARYO SUSMANTO MENJAWAB PENDEKATAN KEILMUAN
Pendekatan Deduktif, Induktif, Rasionalisme, dan Empirisme
Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif. Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu deduction yang artinya penarikan kesimpulan-kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum. Pendekatan deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi. Induksi (induction) adalah cara mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio. Paham ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber dari rasio manusia, sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip rasio. Karena rasio itu ada pada subjek (manusia), maka asal pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah ynag membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir, maka hanya manusia yang mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Berbeda pengetahuan, berbeda pula laku perbuatan dan tindakannya. Rasionalisme juga bisa diartikan sebagai doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan pengalaman. Secara harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata emperia yang berarti pengalaman. Pendekatan empiris melihat bahwa pengalaman, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah merupakan sumber utama pengenalan. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Jadi, pendekatan rasionalisme memandang sumber utama pengetahuan adalah dari rasio, sedangkan empirisme memandang sumber utamanya adalah pengalaman.
      “Revolusi Struktur Keilmuan” dari Thomas Samuel Kuhn dan “Proses Eliminasi Error” dari Karl Popper
           Revolusi struktur keilmuan yang dikemukakan oleh Thomas Samuel Kuhn merupakan anggapan bahwa kemajuan ilmiah pertama-tama bersifat revolusioner, bukan maju secara kumulatif.  Lewat tulisannya, The Structure of Scientific Revolutions, Kuhn menjadi seorang penganjur gigih yang berusaha meyakinkan bahwa titik pangkal segala penyelidikan adalah berguru pada sejarah ilmu. Dengan mendasarkan pada sejarah ilmu, Kuhn justru berpendapat bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang berarti tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau sistem, melainkan berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah.
                  Kuhn berdiri dalam posisi melawan keyakinan yang mengatakan bahwa kemajuan ilmu berlangsung secara kumulatif. Ia mengambil posisi alternatif bahwa kemajuan ilmiah pertam-tama bersifat revolusioner. Secara sederhana yang dimaksud revolusi ilmiah oleh Kuhn adalah segala perkembangan nonkumulatif di mana paradigma yang terlebih dahulu ada (lama) diganti dengan yang baru, baik keseluruhan maupun sebagian.
                  Konsep utama Thomas Kuhn adalah paradigma. Menurutnya, paradigma menjadi kerangka konseptual dalam mempersepsi semesta. Artinya tidak ada observasi peneliti yang netral. Semuanya dibentuk oleh kerangka konseptual yang kita gunakan. Ilmuwan selalu bekerja di bawah payung paradigma yang akan memuat asumsi dan metodologi sendiri. Dengan begitu, kebenaran ilmu tidaklah satu, melainkan plural. Hanya saja kebenaran itu dibuktikan oleh sekelompok kalangan ilmiah. Jika paradigma yang ada tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau malah mengakibatkan konflik, maka suatu paradigma baru harus diciptakan
                  Tahapan (skema) perkembangan ilmu atau progress sains menurut Khun adalah sebagai berikut: Pra paradigmaPra ScienceParadigma Normal ScienceAnomaliKrisis RevolusiParadigma BaruEkstra Ordinary ScienceRevolusi. Tentunya perlu ruang khusus untuk membahas tahapan tersebut.
                  Proses Eliminasi Error menurut Karl Popper dikenal sebagai pengurangan kesalahan terhadap ilmu pengetahuan. Ciri khas ilmu pengetahuan adalah falsifiable, artinya harus dapat dibuktikan salah melalui proses falsifikasi. Melalui falsifikasi, ilmu pengetahuan mengalami proses pengurangan kesalahan (error elimination). Proses falsifikasi inilah yang mengantar ilmu pengetahuan tersebut mendekatai kebenaran, namun tetap memiliki ciri falsifiable.
                  Dengan cara falsifikasi, hukum-hukum ilmiah berlaku yakni, bukannya dapat dibenarkan, melainkan dapat dibuktikan salah. Dengan cara yang sama, ilmu pengetahuan berkembang maju. Jika suatu hipotesa telah dibuktikan salah, maka hipotesa itu ditinggalkan dan diganti dengan hipotesa baru. Kemungkinan lain adalah bahwa hanya salah satu unsur hipotesa yang dibuktikan salah, sedangkan inti hipotesa lain dapat dipertahankan, maka unsur tadi ditinggalkan dan digantikan dengan unsur baru. Dengan demikian, hipotesa terus disempurnakan, walaupun tetap terbuka untuk dibuktikan salah.
                  Popper mengutuk sistem ilmiah yang bersifat tertutup atau definitif, yang menutup dilakukannya falsifikasi. Menurutnya, sistem seperti ini akan terus membuat ilmu pengetahuan merosot menjadi ideologi.
                  Hal yang mencolok antara konsep Kuhn dan Popper adalah jika Popper beranggapan teori ilmiah mendapat kemajuan lewat langkah “kumulatif” evolusionistik, sedangkan Kuhn bersifat “revolusioner”.
Sumber Bacaan:
Amin Mudzakir. 2012. Karl Popper dan Masa Depan Masyarakat Terbuka. http://www.politik.lipi.go.id.
Anonim. 2010. Paradigma Ilmu Thomas Kuhn dan Karl Popper. http:// mhs.blog.ui.ac.id/andri.septian.
_________. 2009. Thomas Kuhn. http://jaringskripsi.wordpress.com.
_________. 2010. Revolusi Keilmuan menurut Thomas Samuel Kuhn. http://munzaro.blogspot.com.
_________. Rasionalisme. http://id.wikipedia.org/wiki/
_________. Empirisme. http://id.wikipedia.org/wiki/
_________. 2011. Asumsi-Asumsi Dasar Proses Keilmuan Manusia. http://tutorq.blogspot.com.
_________. 2010. Asumsi-Asumsi Dasar Proses Keilmuan. http://uzanck-area.blogspot.com.
_________. Pembuktian melalui Deduksi. http://id.wikipedia.org. 
_________. Berfikir Logika Induktif Deduktif dan Silogisme pada Filsafat Ilmu. http://www.docstoc.com.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Kisi-Kisi ULUM I 2013-2014 (IPS IX)

Negara Maju dan Berkembang

Outdoor Study - KERATON KASEPUHAN